Rabu, 29 Juli 2009

PATUNG SINGA AMBARA RAJA



Singaraja tempat ku terlahir....
Singaraja....pelabuhan hatiku..
Singaraja ...semangat jiwaku......
Singaraja..hidup matiku.......
kota yang terindah bagiku menuai kehidupan menjalani masa beranjak dewasa....



Hi teman.....
inilah kotaku...foto yang di atas itu adalah merupakan lambang Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng..gagahkan teman..teman..???Nah patung itu namanya Singa Ambara Raja.... yaitu berupa singa bersayap dengan salah satu kaki depannya memegang “jagung gembal”. Lambang ini kemudian dibangun dalam bentuk tugu, di depan Kantor Bupati Kepada Daerah Tingkat II Buleleng, dengan beton bertulang. Tugu ini pula menjadi “landmark” untuk kota Singaraja karena bentuknya yang unik yaitu dalam pengertian tidak ada duanya di dunia ini. Lokasinya yang berada di perempatan jalan yang sering dilalui wisatawan, menyebabkan tugu ini telah menjadi daya tarik yang cukup besar untuk daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng.

Lokasi
Tugu Singa Ambarawa Raja terletak di depan Kantor Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buleleng, dipertigaan Jalan Veteran, Jalan Pahlawan dan Jalan Ngurah Rai.

Kunjungan
Wisatawan yang melewati route ini kebanyakan berhenti dan mengambil foto tugu-tugu tersebut atau berfoto di depan tugu kemungkinan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa yang bersangkutan memang benar pernah ke Singaraja atau sebagai kenang-kenangan kota Singaraja.

Fasilitas
Mengingat tugu ini sebagai daya tarik bagi wisatawan yang melewati route ini dan hanya menggunakan kesempatan untuk mengambil foto-foto maka tidak dibangun fasilitas khusus untuk wisatawan.

Deskripsi
Tugu ini dibangun dengan pondasi berbentuk segi lima yang melambangkan Dasar Negara Pancasila. Patung Singa Ambarawa Raja dengan bentuk singa bersayap ditunjang oleh sebuah tugu berbentuk bunga teratai yang terdiri dari 9 kelopak yang melambangkan Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng terdiri dari 9 kecamatan. Patung Singa memiliki 2 sayap dan tiap sayap terdiri dari 17 bulu panjang. Salah satu kaki depan singa memegang jagung gembal yang terdiri dari 8 daun sedangkan jagungnya terdiri dari 45 biji. Apabila semuanya digabungkan melambangkan hari kemerdekaan republik indonesia yaitu 17 Agustus 1945. Bulu-bulu panjang dan pendek dari kedua sayap Singa berjumlah 30 melambangkan tanggal lahirnya kota Singaraja, bulu-bulu tersebut tumbuh dari tiga buah tulang yang melambangkan bulan, sedangkan bulu-bulu halus yang menutupi seluruh tubuh singa berjumlah 1604 melambangkan tahun. Apabila kesemuanya digabungkan melambangkan lahirnya Kota Singaraja yaitu 30 Maret 1604. Tugu ini diresmikan pada tanggal 30 Maret 1971..

wah gimana sahabatku...kepengen ngak datang ke tempatku kan dijamin puas dech...
kotanya luas...sejuk..aman...bersih lagi.....datang ya??

PATUNG I GUSTI ANGLURAH PANDJI SAKTI







Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit

I Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil bernama I Gusti Gde Pasekan adalah putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang selir bernama Si Luh Pasek Gobleg berasal dari Desa Panji wilayah Den Bukit. I Gusti Panji memiliki kekuatan supra natural dari lahir. I Gusti Ngurah Jelantik merasa khawatir kalau I Gusti Ngurah Panji kelak akan menyisihkan putra mahkota. Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji yang masih berusia 12 tahun disingkirkan ke Den Bukit, ke desa asal ibunya, Desa Panji.

I Gusti Ngurah Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan Buleleng, yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa (Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat pada tahun 1704, Kerajaan Buleleng mulai goyah karena putra-putranya punya pikiran yang saling berbeda.

Sejarah

Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Paang Canang yang berkuasa sampai 1821.

Perlawanan terhadap Belanda

Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.